Meningkatkan Kemampuan Visualisasi Data: Penerapan Algoritma Machine Learning

Putri A
10 min readFeb 7, 2024

--

Temukan pola dan tren tersembunyi dalam data Anda dengan visualisasi data yang didukung oleh algoritma machine learning!

Machine Learning

Machine Learning merupakan cabang dari ilmu kecerdasan buatan, khususnya yang mempelajari tentang bagaimana komputer mampu belajar dari data untuk meningkatkan kecerdasannya.

“Machine Learning adalah komputer yang memiliki kemampuan melakukan belajar dari pengalaman terhadap tugas-tugasnya di masa lalu dan mengalami peningkatan kinerja.”

Tom Mitchell, 1997

Jenis - Jenis Machine Learning

1. Supervised Learning

Supervised learning merupakan metode dalam machine learning di mana model dilatih menggunakan data yang telah dilabeli atau memiliki jawaban yang benar. Tujuan utama dari supervised learning adalah menciptakan model yang mampu memprediksi label dari data yang belum dilabeli.

Metode Algoritma Supervised Learning

  • Regresi Linear
  • K-Nearest Neighbor
  • Support Vector Machine (SVM)
  • Naive Bayes
  • Random Forest
  • Neural Networks

Contoh penerapan K-Nearest Neighbor:

Amazon, mereka menggunakan KNN untuk menyediakan rekomendasi produk atau konten kepada pengguna berdasarkan preferensi dan riwayat pembelian mereka.

Misalnya, dalam kasus rekomendasi produk, KNN digunakan untuk mengidentifikasi pengguna yang memiliki profil pembelian serupa dengan pengguna yang sedang mengunjungi situs web. Setelah mengidentifikasi tetangga terdekat dari pengguna tersebut, sistem dapat merekomendasikan produk yang telah dibeli oleh tetangga terdekat tersebut kepada pengguna yang sedang aktif. Pendekatan ini memungkinkan untuk memberikan rekomendasi yang lebih personal dan relevan kepada pengguna, sehingga meningkatkan pengalaman berbelanja mereka dan meningkatkan penjualan.

Penerapan KNN dalam rekomendasi produk oleh perusahaan e-commerce menunjukkan bagaimana teknik sederhana seperti KNN dapat digunakan dalam skenario dunia nyata untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan hasil bisnis secara keseluruhan. Dengan memanfaatkan data yang diberi label dengan baik dan memilih parameter K yang sesuai, perusahaan dapat meningkatkan akurasi prediksi dan memberikan rekomendasi yang lebih relevan kepada pengguna mereka.

2. Unsupervised Learning

Unsupervised learning merupakan jenis machine learning di mana model dilatih menggunakan data tanpa label atau jawaban yang benar. Tujuan dari unsupervised learning adalah untuk mengidentifikasi pola atau kelompok dalam data tersebut.

Metode Algoritma Unsupervised Learning

  • K-Means Clustering
  • Hierarchical Clustering
  • DBSCAN
  • Principal Component Analysis (PCA)

Contoh penerapan K-Means Clustering:

Pengelompokan Pelanggan (customer segmentation), perusahaan dapat mengelompokkan pelanggan berdasarkan karakteristik tertentu, termasuk perilaku pembelian atau preferensi produk. Pengelompokan ini memungkinkan perusahaan menargetkan iklan atau promosi dengan lebih efektif.

Dengan demikian, menggunakan metode K-Means Clustering dalam analisis segmentasi pelanggan membantu bisnis untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang perilaku pembelian pelanggan mereka dan merancang strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan mencapai tujuan bisnis mereka.

3. Semi-Supervised Learning

Semi-supervised Learning adalah jenis machine learning yang menggabungkan pembelajaran supervised learning dan unsupervised learning, menggunakan data berlabel dan tidak berlabel untuk melatih model kecerdasan buatan (AI) untuk klasifikasi dan regresi.

Metode Algoritma Reinforcement Learning

  • Self-Training
  • Co-Training
  • Semi-Supervised Generative Models
  • Convolutional Neural Networks (CNNs)

Contoh penerapan Convolutional Neural Networks (CNNs):

Google Photos, kita bisa memberi tag atau label untuk setiap orang yang ada dalam sebuah foto. Alhasil, ketika kita mengunggah foto baru dengan wajah orang yang sebelumnya sudah kita beri label, Google Photos akan secara otomatis mengenali orang tersebut.

Penerapan CNNs dalam Google Photos menunjukkan bagaimana teknologi kecerdasan buatan dapat memfasilitasi pengalaman pengguna yang lebih baik dalam mengelola dan menikmati koleksi foto mereka. Dengan menggunakan teknologi ini, Google Photos mampu memberikan layanan yang sangat berguna dan mengesankan, memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menemukan, berbagi, dan mengingat kenangan mereka yang berharga.

4. Reinforcement Learning

Reinforcement Learning adalah salah satu cabang dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang bertujuan untuk mengembangkan agen atau sistem yang dapat belajar secara mandiri melalui interaksi dengan lingkungan, di mana agen belajar melalui proses percobaan dengan tujuan untuk memaksimalkan imbalan (reward) yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Reinforcement Learning juga bisa diartikan sebagai metode yang diterapkan pada sebuah machine learning agar dapat menentukan aksi yang tepat.

Metode Algoritma Reinforcement Learning

  • Q-Learning
  • Deep Q-Networks (DQN)
  • Policy Gradient Methods

Contoh penerapan Policy Gradient Methods:

StarCraft II, salah satu game real-time strategy (RTS) yang sangat populer. Dalam “StarCraft II”, agen RL bertindak sebagai pemain dalam permainan yang harus mengelola sumber daya, membangun pasukan, dan mengatur strategi untuk mengalahkan lawan. Tantangannya adalah bahwa permainan ini memiliki lingkungan yang sangat kompleks, dengan banyak pilihan tindakan yang dapat dilakukan pada setiap langkahnya.

Proses pelatihan ini memungkinkan agen untuk secara bertahap meningkatkan strateginya dalam mengelola sumber daya, membangun pasukan, dan mengatur serangan terhadap lawan. Dengan demikian, melalui penerapan Policy Gradient Methods, agen dapat belajar menjadi pemain yang lebih mahir dalam permainan “StarCraft II”, dan bahkan dapat bersaing dengan pemain manusia yang sangat terampil.

Visualisasi Data

Visualisasi Data adalah praktik menerjemahkan informasi ke dalam konteks visual, seperti peta atau grafik, untuk membuat data lebih mudah dipahami dan dicerna oleh otak manusia.

Tujuan utama visualisasi data adalah untuk memudahkan identifikasi pola, tren, dan outlier dalam kumpulan data besar.

Menurut buku “Visualizing Data” karya Ben Fry, terdapat 7 langkah yang dapat dilakukan dalam pembuatan visualisasi data, berikut ini langkah-langkahnya:

7 Stages of Visualizing Data
  1. Acquire (Pengumpulan Data): Langkah awal di mana pengumpulan data dilakukan dan di mana ditemukan data yang cocok untuk menyelesaikan masalah yang ada.
  2. Parse (Perancangan Struktur Data): Langkah kedua, terjadinya proses memberikan struktur data yang tepat pada data yang akan diolah, mengelompokkan data yang telah dikumpulkan berdasarkan kebutuhan informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, juga diberikan uraian makna data dan pesan di dalamnya.
  3. Filter (Pemilahan Data): Langkah ketiga melakukan penyaringan data untuk menghapus bagian yang tidak relevan dengan pengguna informasi yang dibutuhkan dan seleksi variabel yang akan digunakan dalam proses perhitungan pada tahap selanjutnya.
  4. Mine (Analisis Data): Langkah keempat, melakukan analisis data untuk menyelesaikan masalah atau menyediakan data yang dibutuhkan melalui pengolahan data menggunakan metode dan algoritma tertentu yang melibatkan matematika, statistik, dan penambangan data (data mining).
  5. Represent (Penyajian Data): Langkah kelima, merubah data yang berbentuk teks menjadi data berbentuk grafik dasar agar lebih mudah untuk dibaca dan dipahami sesuai kegunaan dan tujuannya.
  6. Refine (Perkaya Grafik): Langkah keenam, memerlukan metode desain grafis untuk lebih memperjelas representasi dengan menyerukan lebih banyak perhatian pada data tertentu dengan mengubah atribut, ukuran, dan simbol yang digunakan dalam visualisasi yang kontribusi pada keterbacaan.
  7. Interact (Penyajian Visualisasi Interaktif Data): Langkah terakhir, menambahkan interaksi pada visualisasi, meliputi fitur untuk memanipulasi data, memilah apa saja yang akan ditampilkan, dan membiarkan pengguna mengontrol atau menjelajahi data.

Mengapa Machine Learning Penting dalam Visualisasi Data?

Machine Learning (ML) memiliki peran yang penting dalam visualisasi data karena memberikan kemampuan untuk mengenali pola-pola kompleks, mengekstraksi wawasan yang mendalam, dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam dari data yang besar dan kompleks. Visualisasi data sering kali merupakan langkah awal dalam proses analisis data, tetapi ML memungkinkan visualisasi yang lebih interaktif, informatif, dan dapat dipersonalisasi.

Dengan kemampuannya, machine learning dapat mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam visualisasi data. Berikut adalah beberapa masalah yang dapat diatasi oleh machine learning dalam visualisasi data:

  • Identifikasi pola atau tren dalam data yang kompleks dan besar.
  • Pengelompokkan data ke dalam kategori yang bermakna untuk analisis lebih lanjut.
  • Memahami pola perilaku pengguna atau konsumen dalam data bisnis.
  • Membangun sistem rekomendasi yang personalisasi berdasarkan preferensi pengguna.
  • Mendeteksi anomali atau outlier dalam data.
  • Membangun model prediktif untuk meramalkan perilaku atau tren di masa depan.

Contoh Implementasi Machine Learning di Visualisasi Data

X adalah platform media sosial yang sangat populer yang menghasilkan jumlah besar data setiap hari dalam bentuk tweet. Dalam konteks ini, organisasi atau peneliti mungkin tertarik untuk menganalisis percakapan yang terjadi di X untuk memahami tren, opini publik, atau respons terhadap suatu peristiwa tertentu. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menggunakan algoritma machine learning untuk menganalisis sentimen tweet, mengidentifikasi topik atau hashtag yang populer, atau bahkan memprediksi peristiwa masa depan berdasarkan pola percakapan.

Pertama-tama, data tweetdikumpulkan dan disaring untuk memilih tweet-tweet yang relevan dengan topik atau peristiwa yang diminati. Kemudian, algoritma machine learning, seperti Natural Language Processing (NLP) atau Deep Learning, dapat diterapkan untuk melakukan analisis sentimen terhadap tweet, mengidentifikasi topik yang sedang populer, atau bahkan memprediksi tren masa depan berdasarkan pola percakapan.

Setelah analisis dilakukan, visualisasi data dapat digunakan untuk mempresentasikan hasilnya dengan cara yang intuitif dan mudah dipahami. Misalnya, hasil analisis sentimen dapat direpresentasikan dalam bentuk grafik yang menunjukkan proporsi tweet positif, negatif, dan netral terkait dengan suatu topik tertentu. Selain itu, peta panas dapat digunakan untuk menyoroti area geografis di mana percakapan paling aktif terjadi.

Dengan menggunakan algoritma machine learning dalam analisis data X dan menggabungkannya dengan visualisasi data yang efektif, kita dapat memahami opini publik, tren, dan peristiwa yang terjadi secara real-time. Hal ini memberikan wawasan yang berharga bagi organisasi atau peneliti untuk mengambil keputusan yang lebih baik, mengikuti perkembangan tren, dan berinteraksi dengan audiens mereka secara lebih efektif di platform media sosial.

Pentingnya Implementasi Story Telling with Data dalam Visualisasi Data

© Glintz

Story Telling with Data (SWD) adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi dengan cara menggabungkan data, visualisasi, dan narasi dalam satu kesatuan.

Implementasi Storytelling with Data (SWD) menjadi penting dalam visualisasi data karena mampu menjadikan data lebih mudah dipahami, memikat perhatian, dan memotivasi tindakan. SWD mengubah visualisasi data yang kompleks menjadi narasi yang satu kesatuan dan bermakna.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa implementasi SWD penting dalam visualisasi data:

  1. Membantu mengubah data yang kompleks menjadi narasi yang dapat dipahami oleh berbagai jenis audiens. Dengan menggunakan elemen-elemen naratif, visual, dan interaktif, SWD membantu mengomunikasikan informasi yang mungkin sulit dipahami hanya dengan melihat data mentah.
  2. SWD tidak hanya memberikan gambaran tentang apa yang terjadi dalam data, tetapi juga mengapa hal itu penting. Dengan mengaitkan data dengan cerita yang menginspirasi atau memicu emosi, SWD dapat memotivasi audiens untuk mengambil tindakan atau membuat keputusan berdasarkan wawasan yang diberikan.
  3. Membantu memperjelas pesan yang ingin disampaikan dari data. Dengan menyusun data dalam bentuk narasi yang satu kesatuan dan visual yang menarik, SWD memungkinkan audiens untuk lebih mudah memahami inti dari informasi yang disampaikan.
  4. Mendorong pengguna untuk berpikir kreatif dalam merancang visualisasi data. Dengan mengeksplorasi berbagai teknik naratif dan visual, SWD memungkinkan pengguna untuk menyampaikan pesan dengan cara yang unik dan menarik.
  5. Membantu audiens untuk memahami implikasi dari informasi yang disampaikan dengan menyajikan data dalam konteks yang relevan dan bermakna. Ini dapat menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu yang dibahas dalam data.

Melalui implementasi Storytelling with Data dalam visualisasi data, kita dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, memotivasi tindakan, dan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena yang diamati dari data.

Kesimpulan

Visualisasi data menggunakan algoritma machine learning dan implementasi Storytelling with Data (SWD) merupakan satu kesatuan yang kuat dalam menjelaskan dan memahami fenomena yang tersembunyi dalam data. Algoritma machine learning membantu dalam mengolah dan menganalisis data secara efisien, sementara SWD membantu dalam menyampaikan wawasan yang diperoleh secara komprehensif kepada audiens.

Dengan menggunakan algoritma machine learning, kita dapat mengeksplorasi dan mengidentifikasi pola-pola kompleks dalam data yang mungkin tidak terlihat secara langsung. Algoritma ini dapat membantu dalam klasifikasi, klastering, atau prediksi berdasarkan data yang tersedia, membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang tren, hubungan, atau anomali dalam data.

Namun, hasil dari analisis data yang dihasilkan oleh algoritma machine learning seringkali memerlukan interpretasi yang tepat agar dapat dimengerti oleh orang-orang yang tidak terbiasa dengan bahasa teknis. Inilah dimana SWD masuk. Dengan menerapkan prinsip-prinsip narasi dan visual yang kuat, SWD membantu mengubah hasil analisis data menjadi cerita yang dapat dipahami oleh berbagai jenis audiens. Ini membantu dalam memperjelas pesan yang ingin disampaikan dari data, memotivasi tindakan, dan memungkinkan kolaborasi yang efektif dalam pemecahan masalah.

Dengan memadukan algoritma machine learning dan implementasi SWD, kita dapat menciptakan visualisasi data yang kuat dan persuasif. Kita dapat mengeksplorasi dunia yang kompleks dari data, menghasilkan wawasan yang bernilai, dan mengkomunikasikan temuan kita secara efektif kepada orang lain. Dengan demikian, kita dapat mengoptimalkan penggunaan data untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, inovasi yang lebih baik, dan dampak yang lebih besar dalam berbagai bidang kehidupan.

Putri Aprilia, (IF-8). Tugas UAS Pengantar Sains Data.

--

--

Putri A
Putri A

Written by Putri A

“Design is not just what it looks like and feels like. Design is how it works.” –Steve Jobs